sumber:wrm-indonesia.org.@2005 We R Mommies All Rights Reserved.
Mulai umur berapa sebaiknya anak mulai makan makanan yang
dipisah-pisah (sayur sendiri, lauk sendiri, nasi sendiri)? Pertanyaan
ini ditanyakan oleh seorang mommies anggota milist We R Mommies
beberapa saat yang lalu. Selain itu beliau pun ingin mengetahui lebih
lanjut cara pembuatan resep resep sop seperti sop wortel. sop kacang
merah dan jenis sop lainnya "apa sih yang harus diperhatikan?".
Tanggapan
pertama datang dari seorang mommies yang menceritakan pengalaman cara
pengenalan makanan tambahan pada putrinya. Metode pengenalan makanan
yang ia jalankan adalah sbb:
1. Pengenalan bubur nasi dari
beras putih atau beras merah pada bulan ke enam usia anak. Dimasak hanya
sedikit (kira kira 1 sdm), kemudian setelah masak bubur nasinya
disaring. Setelah beberapa saat, porsinya ditambah menjai 2 sdm, 3
sdm dst. Semakin lama kekentalan bubur semakin ditambah. Bubur nasi
tersebut beliau berikan pada pagi hari. Namun menurut info yang pernah
ia baca, pengenalan makanan baru baik dilakukan pada saat malam hari.
2.
Pada bulan ketujuh, anak mulai dikenalkan makanan lain: kentang,
buah, sayur, tahu, tempe dll. Untuk mengenalkan satu makanan baru,
biasanya makanan tersebut diberikan beberapa hari terus menerus agar
si anak kenal akan rasa makanan barunya. Pada awalnya semuanya
diberikan secara terpisah. Bila digabung, biasanya ia sertakan
pula makanan yang telah putrinya kenal. Semua bahan tersebut
melalui proses penyaringan manual dengan
saringan. Saat itu putrinya sudah makan tiga kali sehari.
3.
Pengenalan bubur yang tidak disaring dimulai di usia 8 bulan. Semua
makanan dipotong dengan ukuran kecil kecil. Beliau mengatakan,
pada periode ini ia menggunakan slow cooker, jadi semua
makanan-termasuk sayur- menjadi empuk sekali. Pada usia ini, putrinya
sudah makan 5 kali sehari termasuk snack.
4. Pada bulan ke
sembilan, baru dikenalkan protein hewani. Cara pemasakannya juga
dicampur, namun bentuk aslinya masih terlihat.
Menanggapi "makan
terpisah" beliau menuliskan "Mungkin maksud yang terpisah-pisah itu,
semua masih ada bentuk aslinya. Jadi anak dikenalkan dengan
tekstur makanan sehingga mereka tidak malas mengunyah. Karena yang
dikhawatirkan bila kita terlambat memperkenalkan makanan kasar,
pertumbuhan rahang akan menjadi terhambat".
"Kalau masak
sop-sopan, biasanya semua bahan saya potong kecil-kecil
disesuaikan dengan kemampuan mengunyah putri saya" tulisnya dalan
menjawab pertanyaan tentang cara pembuatan sop pada anak anak. Beliau
juga menuliskan bahwa ia tidak memberikan putrinya makanan instant
yang tinggal ditambah air. Bila dalam keadaan repot, biasanya ia
membeli gerber. Untuk snack beliau biasa memberikan produk jadi
seperti biskuit, yoghurt dan ice cream. Menu sarapan pun bisa
bervariasi, kadang cornflakes atau roti berlapis butter dan keju.
Penundaan
pemberian telur juga perlu dipertimbangkan pada anak yang memiliki
potensi alergi. "Dari awal hingga kini, makanan putri saya
selalu dicampur. Seperti menu hari ini: bubur+wortel+kacang
polong+buncis+jagung+ayam+bawang bombay. Semuanya dimasak jadi satu,
tapi ada teksturnya" demikian mom ini menutup postingannya di WRM.
(WRM/DAI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar