Sudah sejak lama imunisasi
MMR ini menjadi suatu kontroversial karena dihubungkan dengan terjadinya
kelainan autisme pada anak. Tapi beberapa peneliti baru-baru ini
mengungkapkan bahwa mereka mempunyai bukti kuat bahwa imunisasi MMR
tidak berhubungan dengan terjadinya autisme.
Pada tahun 1993,
suntikan MMR (measles, mumps and rubella) di kota Jepang telah ditarik
dan tidak boleh diberikan pada anak lagi. Tapi kenyataannya, sampai saat
ini insidens terjadinya autisme tetap meningkat.
Di Jepang,
suntikan MMR diberikan pada anak usia 1 tahun. Di tahun 1988, sebanyak
69,8% anak mendapat suntikan anak, di tahun 1990 menurun hingga mnejadi
33,6% dan di tahun 1992 hanya tinggal 1,8%. Dan akhirnya di tahun 1993,
vaksinasi ini ditarik oleh pemerintah.
Kejadian MMR sendiri
adalah 48 kasus dari 10.000 anak yang dilahirkan di tahun 1988. Dan
tetap terjadi peningkatan walaupun vaksinasi MMR telah ditarik yaitu
terdapat 117,2 kasus autisme dari 10.000 anak yang dilahirkan pada tahun
1996.
Tapi para peneliti tetap dituntut melakukan suatu
penelitian untuk membuktikan bahwa vaksin MMR ini benar-benar aman
digunakan dan tidak menyebabkan autisme pada anak.
Kekhawatiran
ini muncul sejak tahun 1998 dimana suatu penyelidikan seorang ahli yang
dituangkan dalam jurnal the Lancet, meng-klaim bahwa imunisasi MMR
mungkin merupakan pencetus dari terjadinya autisme pada anak. Sebenarnya
belum ada penelitian yang membuktikan hal tersebut dan kebanyakan
peneliti percaya bahwa vaksin ini aman untuk diberikan pada anak. Tapi
hal ini telah membuat semakin sedikit anak yang mendapat vaksinasi MMR.
Vaksinasi
MMR adalah vaksin yang diberikan untuk meningkatkan ketahanan tubuh
anak terhadap penyakit Mumps (gondongan), Measles (campak) dan Rubella
(campak jerman).
Sumber: Journal of Child Psychology and Psychiatry
Tidak ada komentar:
Posting Komentar