Tiap
batita akan melalui fase hobi menjatuh-jatuhkan benda. Mengapa batita
suka sekali pada aktivitas ini? Sensasi apa, sih, yang dirasakannya saat
melihat benda yang dipegangnya jatuh?
Sampai pegal rasanya
menemani Reno bermain. Maklum, si kecil yang baru saja menginjak usia 1
tahun ini lagi suka-sukanya menjatuhkan barang apa pun yang dipegangnya.
Setelah diambilkan, benda tersebut akan dijatuhkannya lagi, begitu
terus sampai yang menemaninya bermain bosan karena berulang kali harus
membungkuk mengambilkan benda yang ia jatuhkan.
"Tiap
batita akan mengalami fase ini, walaupun waktu mulainya tidak harus
persis sama. Tapi yang jelas tahapan ini akan dilalui di usia batita
awal," ujar Vera Itabiliana, Psi., dari Yayasan Pembina Pendidikan Adik
Irma, Jakarta. Meski tiap anak batita pasti melewati tahap ini, tapi
durasinya bisa berbeda-beda pada tiap anak. "Ada yang melaluinya dalam
jangka waktu sebentar saja, tapi ada juga yang sedikit lebih lama."
Yang
justru perlu diwaspadai adalah bila sampai berusia 1 tahun, kemampuan
menggenggam sebagai awal fase menjatuhkan belum terlihat berkembang.
"Untuk melatihnya, berikan anak benda-benda yang menarik untuk diraih
dan digenggam sebagai sarana latihannya," saran Vera. Selain itu orang
tua juga bisa memberikan contoh bagaimana menggenggam dan kemudian
menjatuhkan benda tersebut agar anak bisa merasakan sensasi yang
didapat.
EKSPLORASI INDRA
Sensasi apa sebenarnya yang
dirasakan batita saat menjatuh-jatuhkan barang? "Yang paling menarik
buat anak adalah suara yang ditimbulkan benda jatuh tersebut," tutur
Vera. Bisa suara gemerincing mainan, kaleng, atau bahkan suara barang
pecah.
Di usia ini indra anak sedang dalam tahap eksplorasi
besar-besaran. Saat melakukan aktivitas tersebut, anak akan menemukan
fenomena yang menarik. Di antaranya indra pendengaran akan menangkap
bunyi benda jatuh. Indra penglihatannya akan menangkap benda bergerak
dari atas ke bawah. Sementara indra perabanya akan merasakan benda yang
tadinya ada di tangan kemudian terlepas. Dari hal-hal itulah anak akan
belajar bahwa yang ia lakukan sendiri bisa menimbulkan sesuatu yang
menyenangkan.
BANYAK MANFAAT
Karena dilakukan
terus-menerus, sering kali orang dewasa yang menemani si batita bermain
jadi bosan karena harus bolak-balik mengambilkan benda yang
dijatuhkannya. "Padahal banyak sekali manfaat yang bisa didapat anak
saat melakukan kegiatan tersebut. Lewat fase ini sebenarnya anak melatih
keterampilan tangannya. Anak belajar mengkoordinasikan dan mengarahkan
gerakan tangannya untuk tujuan tertentu," papar Vera. Fase ini biasanya
mengikuti fase belajar menggenggam lalu disusul dengan keterampilan
melempar-lempar bola.
Selain keterampilan tangan, ada 3 kemampuan lain yang sedang dikembangkan batita melalui fase ini, yaitu:
o Mengembangkan persepsi tentang ruang.
Di
sini anak mulai mengenali posisi atas dan bawah meski mereka belum
punya kemampuan berbahasa untuk memberikan label mana atas dan mana
bawah.
o Belajar hubungan sebab akibat.
Anak belajar bahwa
sesuatu yang ia lakukan dapat menyebabkan sesuatu kejadian yang
menyenangkan, seperti bunyi jatuh, perilaku "lucu" ayah atau ibu ketika
mengambilkan benda yang jatuh dan sebagainya. Karena kegiatan ini
menyenangkannya, ia akan cenderung melakukannya berulang-ulang.
o Mengembangkan kemampuan merencanakan dan menentukan tujuan.
Pertama
kali menjatuhkan benda mungkin tidak disengaja. Namun setelah mendengar
dan melihat reaksi yang dihasilkan dari benda-benda yang jatuh, anak
akan merasakan sensasi dan kemudian mengulanginya. Selanjutnya tindakan
menjatuhkan benda menjadi tindakan yang sengaja dilakukannya. Ini dapat
diartikan, anak sudah mengembangkan kemampuan berpikir dan merencanakan
melakukan sesuatu demi tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah mendapatkan
sensasi bunyi dan gerak benda jatuh.
7 STIMULUS YANG TEPAT
Tiap
tahapan yang dilalui anak akan mendatangkan manfaat. Tentu saja selama
orang tua dapat memberikan stimulus yang tepat. Yang penting bagi orang
tua adalah betapapun "menyebalkannya" perilaku anak saat getol-getolnya
menjatuhkan benda, harus diingat bahwa hal ini merupakan fase belajar
bagi anak. Jadi, cobalah memanfaatkan momen ini untuk mengembangkan
kemampuannya dengan 7 bentuk stimulus berikut:
1. Berikan
benda/mainan yang aman untuk dijatuhkan, misalnya yang terbuat dari
plastik, seperti sendok, mangkuk kecil, dan sejenisnya.
2.
Usahakan memberikan berbagai benda yang menghasilkan beragam suara saat
jatuh. Dengan demikian stimulus pendengaran anak pun jadi lebih kaya. Ia
akan belajar bahwa ada macam-macam bunyi dari benda yang berlainan.
3.
Orang tua harus ikut terlibat dalam aktivitas ini. Jadi, jangan puas
hanya sekadar jadi "tukang mengambilkan" benda yang dijatuhkan si
batita. Keterlibatan ini sangat bermanfaat untuk membantu proses belajar
anak. Untuk mengenalkan konsep ruang, misalnya, katakan "Ya...
sendoknya jatuh deh ke lantai." Jadi tidak sekadar mengambilkan benda
yang dijatuhkan anak dan memberikannya kembali tanpa komentar apa pun.
4.
Selain mengajarkan konsep ruang, orang tua juga bisa mengajarkan
nama-nama benda kepada anak. Contohnya saat anak menjatuhkan bola,
mainan, buku dan sebagainya, sebutkan nama benda-benda tersebut. Makin
sering benda itu dijatuhkan maka makin sering namanya diulang-diulang,
hingga dengan sendirinya anak akan mengenali apa nama benda yang
dijatuhkannya itu.
5. Berikan anak sejumlah barang untuk
dijatuhkan. Setelah barangnya habis (sudah jatuh semua) atau ketika
orang tua merasa lelah atau dirasa aktivitas tersebut sudah berlebihan,
hentikan. Caranya dengan mengalihkan perhatiannya ke aktivitas lain
seperti memukul-mukul kaleng yang juga menimbulkan sensasi bunyi. Jadi,
jangan hanya meminta anak untuk menghentikan aktivitasnya begitu saja
tanpa ada pengganti.
6. Orang tua juga dapat memberikan bola
untuk digenggam dan digelindingkan karena fase menjatuhkan ini akan
berkembang menjadi kemampuan melempar atau menggelindingkan. Walaupun
kemampuan anak belum sampai tahap ini, sebaiknya orang tua berusaha
untuk selalu berada satu langkah di depan kemampuan anak, agar ia tetap
terstimulus untuk terus mengembangkan kemampuannya.
7. Selama
melakukan proses belajar, sebaiknya anak tidak ditekan dengan stimulasi
yang berlebihan ataupun sebaliknya dihentikan dari kegiatannya dengan
alasan apa pun. Memang, akan sangat melelahkan dan bisa menyulut
frustrasi, tapi ingat banyak hal yang sedang dikembangkan anak melalui
tahapan ini.
UNGKAPAN RASA MARAH
Yang justru perlu
diwaspadai adalah ketika aktivitas menjatuh-jatuhkan benda masih
terlihat dominan selepas anak berusia 3 tahun. Lain hal jika anak memang
mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik atau cacat fisik.
Sebab selepas usia ini, tukas Vera, tahapan tersebut harusnya sudah
terlewati.
Amati dengan jeli apakah aktivitas menjatuhkan
benda-benda ini bertujuan untuk menarik perhatian atau sebagai
pelampiasan rasa marah. Jika benar demikian, maka orang tua harus segera
mengatasinya. "Kalau sebagai luapan rasa marah, orang tua perlu
menenangkan anak dan memberi contoh bagaimana mengekspresikan rasa marah
dengan tepat. Tentu saja bukan dengan menjatuh-jatuhkan barang secara
sengaja," saran Vera.
sumber mail milis Balita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar