Seperti halnya ibu hamil, ibu menyusui, dan orang sakit, puasa juga
tidak diwajibkan pada anak-anak yang belum baligh. Namun jika si anak
mampu menjalankan puasa, maka puasanya sah dan akan mendapat pahala atas
puasanya.
Seperti halnya orang dewasa, anak-anak pun kuat untuk berpuasa.
Apalagi jika mereka diberi motivasi yang baik. Hal itu bisa dilihat,
saat anak ngambek lalu mogok makan atau saat anak memang sedang tidak
mempunyai nafsu makan, si anak mampu tidak makan untuk waktu yang lama.
Melatih anak berpuasa tidak bisa dilakukan dengan cara paksa.
Diperlukan proses yang bertahap. Tahap latihan puasa ini dapat
diterapkan pada anak dengan waktu yang tak harus penuh. Misal, dalam
bahasa Sunda ada istilah sadawuh atau puasa sampai pukul 10 pagi,
sabedug artinya berbuka setelah bedug Zhuhur berbunyi. Setelah itu,
barulah mencoba untuk meningkatkan hingga Maghrib.
Orang tua sebaiknya tidak menyamaratakan kemampuan berpuasa anak,
karena setiap anak memiliki kemampuan dan kemauan yang berbeda, walaupun
usianya sama. Anak A yang berusia 6 tahun, belum tentu sama dengan anak
B yang juga enam tahun. Walau pun demikian, perlakuan orang tua pada
anak harus terus ditingkatkan sesuai perkembangan kemauan dan
kekuatannya.
Gembira berpuasa
Melatih anak berpuasa di bulan Ramadhan, memerlukan perhatian
ekstra. Namun perlu dicatat, tujuan utama melatih anak berpuasa adalah
agar pada diri anak tumbuh kecintaan terhadap ibadah puasa. Maka dalam
pelaksanaan latihan, kegembiraan mereka menjalankan puasa harus lebih
diutamakan daripada keberhasilan secara kuantitas. Jangan sekali-kali
memaksakan kehendak, menuntut anak agar bisa berpuasa secara syar'i.
Untuk bisa menggembirakan anak di bulan Ramadhan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, di antaranya:
1. Pada waktu makan sahur
Bangun pukul tiga dini hari, bagi anak-anak bukanlah hal mudah.
Sehingga orang tua perlu sabar untuk membangunkannya tanpa emosi dan
kemarahan. Buatlah suasana rumah menyenangkan, misalnya dengan alunan
ayat suci Alquran, nasyid, maupun lagu anak-anak, termasuk menikmati
acara televisi.
Saat anak malas makan, sang ibu perlu kreatif untuk membujuk mereka
agar mau makan. Misalnya dengan mengajak mereka makan di halaman rumah
sambil berjalan-jalan, mengiringi anak makan sambil membacakan cerita,
dan sebagainya. Untuk menu makanan, pilihlah yang praktis namun sudah
cukup kalori. Susu, telur dan roti, misalnya, pilihan yang sering
disukai anak-anak, tidak memerlukan waktu lama untuk memakannya, namun
memenuhi kebutuhan kesehatan dan kekuatan tubuh.
2. Tahapan berbuka
Jika anak belum berpengalaman puasa, kemudian ia minta berbuka kapan
saja, maka izinkanlah. Namun setelah itu, berilah anak pengertian dan
motivasi agar kemampuan berpuasanya semakin ditingkatkan.
Ide untuk selalu berpuasa setelah berbuka pun bisa dicoba. Setelah
berbuka pukul sepuluh, katakan kepada mereka bahwa mereka bisa
melanjutkan puasanya, dan begitu seterusnya hingga datang waktu Maghrib.
Jangan lupa untuk mengikutsertakan anak pada saat berbuka, walau mereka
telah berbuka sebelumnya. Saat berbuka bisa menjadi "peristiwa rohani"
yang membahagiakan anak.
3. Pengkondisian lingkungan
Selama masa latihan, orang tua perlu menciptakan lingkungan yang
mendukung, baik di keluarga maupun sekolah. Bagaimanapun, pengaruh
lingkungan sekolah dan teman seusianya akan memotivasi anak untuk
meningkatkan waktu (lamanya) berpuasa.
Singkirkan jauh-jauh makanan dan minuman apapun dari pandangan
anak-anak. Kosongkan meja serta lemari makan. Beri pengertian pada
adiknya yang agar tidak makan di depan kakak yang berpuasa.
Kegembiraan saat berbuka atau makan sahur bersama, memberikan
suasana yang lain pada diri anak. Karena, pada waktu berbuka puasa
seluruh keluarga biasanya berkumpul dan bergembira bersama.
4. Memberi hadiah tanda penghargaan
Memberi hadiah atas perjuangan anak untuk berpuasa bisa menambah
motivasi. Hadiah tidak perlu mahal atau berbentuk benda, karena pujian
bisa menjadi hadiah istimewa bagi anak. (Kris/ berbagai sumber).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar