Sumber : Mohamad Harli (SWARA (5/8 1999)) 
PENYAKIT pnemonia saat ini merupakan pembunuh nomor satu pada bayi 
dan anak (Kompas, 5/2/'99). Dilaporkan, hampir setiap empat menit satu 
orang bayi meninggal akibat pnemonia, penyakit infeksi saluran 
pernapasan akut (ISPA) yang disebabkan bakteri, virus, dan faktor 
lingkungan yang tidak sehat. 
Kejadian tersebut sebenarnya dapat dicegah secara mudah, salah 
satunya dengan hanya memberikan air susu ibu (ASI) saja pada bayi sejak 
lahir hingga ia berusia 4-6 bulan (ASI eksklusif). ASI ternyata 
mengandung zat anti berbagai penyakit infeksi, termasuk zat 
antipnemonia. 
Dilaporkan, selain zat gizi yang pas dan prima, ASI juga mengandung 
unsur kekebalan atau zat anti-infeksi yang sangat diperlukan sistem 
pertahanan tubuh bayi yang baru lahir. Zat anti-infeksi tersebut akan 
melindungi bayi dari serangan kuman penyebab infeksi dan parasit yang 
dapat mengganggu penyerapan zat-zat gizi. 
Antibakteri-virus-parasit 
ZAT anti-infeksi ASI yang sangat unik adalah imunoglobulin (Ig) 
karena in vitro menunjukkan aktivitas anti-bakteri, anti-virus, dan 
anti-parasit sekaligus. Ada lima jenis imunoglobulin, yaitu IgA, IgM, 
IgD, IgE, dan IgG dengan fungsi masing-masing, dan akan saling bekerja 
sama dalam memperkuat daya tahan tubuh dan menyehatkan bayi. 
Dilaporkan, imunoglobulin ASI dan sekretorinya aktif melawan dan 
membunuh bakteri penyebab diare (E coli), penyebab kolera (Vibrio 
cholerae), disentri (Shigella dysentriae), dipteri (Clostridium 
dipteriae), tetanus (Clostridium titani), pnemonia (Klebsella dan 
Streptococcus pneumoniae), flu (Haemophillus influenzae). 
Sebagai antivirus, imunoglobulin aktif melawan dan membunuh virus 
polio, campak, herpes simpleks, TBC, flu, virus rubella, gondongan, dan 
lain-lain. Sebagai antiparasit imunoglobulin aktif melawan dan membunuh 
parasit Gardia lamblia, Entamoeba histolytica, Schistosoma mansoni yang 
mengganggu penyerapan zat nutrisi sehingga bayi kurang gizi. 
Imunoglobulin ASI tidak diserap tubuh tetapi aktif bekerja di 
permukaan saluran pencernaan untuk melawan serangan kuman, menetralkan 
racun yang dihasilkan kuman tersebut, bahkan membunuh kuman penyebab 
infeksi tersebut. 
Faktor bifidus 
Faktor bifidus dalam ASI berupa senyawa protein-polisakarida 
merupakan media paling baik untuk pertumbuhan bakteri Lactobacillus 
bifidus yang berperan mengasamkan lingkungan saluran pencernaan sehingga
 bakteri patogen dan parasit tidak bisa hidup dan berkembang biak. 
Adanya faktor bifidus tersebut akan memberi ciri khas pada kotoran bayi 
berusia seminggu yang mendapat ASI. Sementara pada kotoran bayi yang 
diberi susu formula, kotorannya sudah seperti orang dewasa. 
Lysozyme ASI aktif menghancurkan dinding sel bakteri patogen 
sekaligus aktif melawan dan melindungi saluran pencernaan bayi dari 
serangan virus tertentu. Lysozyme adalah enzim yang sangat aktif di 
lingkungan asam seperti di saluran pencernaan. Kadarnya dalam ASI ribuan
 kali lebih tinggi dibanding kadar lysozyme yang terdapat dalam susu 
sapi (formula). 
Unsur lactoferrin ASI berperan mengikat zat gizi besi (Fe) sehingga 
bakteri patogen yang perlu Fe untuk pertumbuhannya akan mati. Oleh 
karena itu bayi yang menyusu ASI dilarang mendapat suplemen zat besi, 
karena akan membuat ganas bakteri patogen tersebut. Sementara enzim 
laktoperoksidase bersama unsur lainnya berperan melawan serangan bakteri
 jenis Streptococcus (termasuk S pneumoniae) Pseudomonas, E coli dan 
lain-lain. 
Sel-sel susu ASI mengandung makrofage (berfungsi melindungi kelenjar
 susu ibu, saluran pencernaan bayi, memproduksi senyawa komplemen untuk 
proses phagositosis, lactoferrin, lysozyme), limfosit B dan T 
(memproduksi interferon untuk menghambat replikasi virus intraseluler), 
dan neutrophil. Sel-sel susu tersebut aktif melawan serangan dan 
membunuh E coli, Candida albicans, virus rubella, herpes, campak, 
gondongan, dan kuman yang mengganggu saluran pernapasan bayi. 
Zat anti-infeksi lain dalam ASI dan kuman yang akan dibunuhnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran. 
Kolostrum dan imunisasi 
BERBAGAI zat anti-infeksi tersebut kadarnya tertinggi terdapat dalam
 kolostrum, ASI yang pertama kali keluar. Dan kadarnya ada yang naik, 
tetap atau akan menurun setelah minggu pertama menyusui sesuai keperluan
 untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Namun, kadar zat anti-infeksi
 dalam ASI tersebut tergantung pada kondisi kesehatan dan gizi/makanan 
ibunya. 
Oleh karena itu selain dari kolostrum dan ASI, bayi harus pula ikut 
program imunisasi nasional seperti imunisasi BCG, DPT, polio, hepatitis 
B, campak dan lain-lain sesuai umur, serta pemberian kapsul vitamin A, 
yang sudah bisa dilakukan di posyandu. Hal itu akan lebih meningkatkan 
daya tahan tubuh bayi sehingga ia menjadi lebih sehat dan tidak mudah 
sakit. 
Di tengah krisis total yang sedang dihadapi seluruh bangsa saat ini,
 memberikan ASI saja sejak lahir hingga bayi berusia 4-6 bulan (ASI 
eksklusif) merupakan tindakan yang sangat bijaksana. Hal itu akan 
memberikan dampak sangat positif pada orangtua sekaligus bayinya. 
Orangtua bisa menghemat biaya untuk makanan dan perawatan kesehatan,
 sementara bayi terpenuhi kebutuhan gizinya, terhindar dari penyakit 
infeksi seperti pnemonia, sehingga bayi dapat menjalani proses 
tumbuh-kembangnya secara optimal untuk menjadi generasi yang tangguh dan
 tahan banting di abad ke-21. 
Unsur Kekebalan dalam ASI dan Fungsinya dalam Tubuh Bayi
Unsur Kekebalan 
1.Faktor bifidus fungsinya:Menstimulasi pertumbuhan bakteri bifidus 
yang antagonis terhadap kelangsungan hidup bakteri patogen saluran 
pencernaan.
2.Sekret Immunoglobulin (Ig): Ig-A. Ig-M, Ig-E, Ig-D, Ig-G 
fungsinya:Bekerja melawan invasi bakteri mukosa dan/atau kolonisasinya 
di usus; mampu menetralkan racun yang dihasilkan bakteri dan virus
3.Faktor anti-Staphylococcus fungsinya:Menghambat infeksi sitemik oleh bakteri Staphylococcus
4.Laktoferin fungsinya: Mengikat zat gizi besi (Fe) dan menghambat proses multifikasi bakteri patogen dalam saluran pencernaan
5.Laktoperoksida fungsinya: Membunuh bakteri Streptococcus dan bakteri patogen saluran pencernaan lainnya
6.Complement (C-4 dan C-3) fungsinya: Memudahkan proses fagositas pada sel "menelan" benda asing untuk dihancurkan.
7.Interferon fungsinya: Menghambat perbanyakan (replikasi) virus intraseluler
8.Lysozyme fungsinya: Membunuh bakteri dengan cara merusak dinding sel bakteri tersebut
9.Protein pengikat B-12 fungsinya: Mengubah dan mengikat vitamin 
B-12 tidak bisa digunakan untuk pertumbuhan bakteri patogen
10.Lipase dan garam empedu fungsinya: Membantu produksi senyawa-senyawa lemak anti parasit
11.Glikosida dan oligosakarida fungsinya: Mengikat racun-racun 
bakteri E coli (penyebab diare), dan mencegah masuknya racun tersebut 
masuk ke dalam sel-sel epitelial dengan menyamar sebagai reseptor yang 
analog
12.Peptida fungsinya: Menunjukkan aktivitas antivirus dengan mengacaukan serangannya ke sel target
13.Limfosit fungsinya: Sel darah putih yang mensintesa sekret Ig-A dan fungsi limfosit (darah putih) lainnya
14.Makrofage fungsinya: Sel darah putih yang mensintesa Complement, 
Lactoferrin, Lysozyme, dan faktor lain; mengeluarkan hasil phagostosis 
dan fungsi lainnya.
Sumber: Worthington-Roberts, B.S. (1993) 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar